Kenapa sih NU dan Muhammadiyah suka beda awal puasa atau Lebaran?

Silvia Nur Chairina

27 Maret 2025

Edukasi
Gambar: Bisnis.com
Gambar: Bisnis.com

Halo sekawan, kamu pernah gak sih ngerasain momen di mana ada dua suara: satu bilang besok udah puasa, satu lagi bilang masih Sya’ban. Atau pas Lebaran, ada yang udah takbiran tapi tetangganya masih puasa? Nah ini biasanya karena perbedaan metode antara NU dan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan hijriyah, kayak Ramadhan atau Syawal. Tapi tenang, ini bukan karena mereka pengen ribut, ya. Emang beda pendekatan aja.

Jadi ceritanya gini. Muhammadiyah pakai metode yang namanya hisab hakiki wujudul hilal. Hisab itu artinya ngitung kayak pakai rumus astronomi buat tahu posisi bulan dan matahari saat matahari terbenam. Nah, kalo menurut hitungan itu bulan (hilal) udah nongol sedikit di atas ufuk, walaupun super tipis dan gak keliatan mata, Muhammadiyah udah sahin itu sebagai awal bulan. Jadi, mereka gak nunggu harus lihat hilalnya langsung.

Sementara NU punya gaya sendiri. Mereka juga pakai hisab, tapi sebagai pendamping aja. NU tetap mengutamakan yang namanya rukyat, alias pengamatan langsung. Jadi ada tim yang naik ke lokasi tertentu (biasanya tinggi-tinggi gitu) dan mereka ngeliatin langit barat pas maghrib, buat lihat apakah hilal benar-benar muncul. Kalau gak keliatan, ya belum masuk bulan baru, walaupun secara hisab itu bulan udah di atas ufuk.

Nah di sinilah kadang terjadi beda. Contohnya gini. Tanggal 29 Sya’ban, menurut hisab, posisi hilal udah 1,5 derajat di atas ufuk. Muhammadiyah bilang, "Udah dong, besok Ramadhan." Tapi pas tim rukyat NU naik buat lihat hilal, ternyata gak keliatan, entah karena mendung, atau hilalnya terlalu kecil dan rendah. Maka NU bilang, "Belum, Sya’ban dulu 30 hari." Nah, muncullah beda satu hari itu.

Tapi sekawan, emang dari dulu umat Islam punya beberapa pendekatan soal ini. Ada yang pegang “asal keliatan aja” (rukyat), ada yang pakai “asal udah ada secara hitungan” (hisab). Dan dua-duanya punya dasar yang kuat dalam ilmu dan agama. Muhammadiyah mengutamakan kepraktisan dan kepastian jadwal jauh hari, sementara NU lebih hati-hati dengan pendekatan penglihatan langsung.

Oiya, buat kamu yang penasaran cara kerja hisab dan rukyat itu kayak apa, aku jelasin singkat ya.

Hisab itu:

  • Ngitung posisi bulan dan matahari secara matematis
  • Liat apakah hilal udah “ada” di atas ufuk waktu matahari tenggelam
  • Gak perlu nunggu hilal keliatan, yang penting secara data udah nongol

Rukyat itu:

  • Beneran nyari hilal di langit
  • Harus ada saksi mata yang ngeliat langsung
  • Kalau gak keliatan, bulan sebelumnya digenapin jadi 30 hari

Nah, keduanya sebenernya saling melengkapi juga sih. Pemerintah lewat Kementerian Agama biasanya pakai kombinasi keduanya dan diumumkan lewat sidang isbat. Muhammadiyah biasanya udah punya kalender sendiri berdasarkan hisab, dan NU ikut sidang isbat dan hasil pengamatan rukyat.

Jadi kalo tahun ini beda lagi jadwal puasa atau lebarannya, jangan ribut ya sekawan. Pilih yang sesuai keyakinan masing-masing aja. Toh ujungnya yang penting puasanya khusyuk dan lebarannya bahagia bareng keluarga kan?


perbedaan NU dan Muhammadiyah soal puasa, kenapa NU dan Muhammadiyah beda lebaran, metode hisab dan rukyat, penentuan awal Ramadhan di Indonesia, sidang isbat Kemenag, apa itu hisab wujudul hilal, kenapa awal puasa bisa beda, rukyat hilal NU, hisab Muhammadiyah, cara menentukan awal bulan hijriyah, beda puasa NU dan Muhammadiyah, perbedaan penentuan lebaran di Indonesia, rukyat vs hisab, hisab astronomi Islam, kenapa lebaran beda satu hari