Sepi Penonton! A Business Proposal Kena Cancel Culture?

Silvia Nur Chairina

7 Februari 2025

Sinema

Halo sekawan! Ada yang udah nonton A Business Proposal versi Indonesia? Film yang satu ini sempat jadi bahan obrolan hangat, tapi bukan karena hype-nya, melainkan karena jumlah penontonnya yang sepi banget. Gimana nggak? Di hari pertama tayang, film ini cuma berhasil menarik sekitar 6.894 penonton, kalah jauh dibanding Petaka Gunung Gede yang tembus 148 ribuan atau Pulung Gantung: Pati Ngendat yang meraih 22 ribuan penonton. Banyak yang bertanya-tanya, ini murni karena filmnya kurang menarik, atau malah kena imbas cancel culture?

Cancel Culture: Fenomena Serem yang Bisa Bikin Karier & Film Anjlok

Buat yang belum familiar, cancel culture itu kayak 'boikot berjamaah' di dunia digital. Kalau ada public figure, brand, atau bahkan film yang bikin statement atau aksi yang dianggap nggak pantas, netizen bakal rame-rame nge-cancel alias ngeblok, nggak dukung, bahkan ngajak orang lain buat ikutan ninggalin. Intinya, reputasi bisa ancur dalam hitungan detik gara-gara kesalahan sekecil apa pun.

Nah, A Business Proposal versi Indonesia kena badai ini gara-gara salah satu aktornya, Abidzar Al Ghifari, yang sempat bikin pernyataan cukup kontroversial. Dia bilang kalau dirinya nggak nonton versi drama Korea-nya buat menciptakan karakter yang fresh dan lebih personal. Sayangnya, niat ini malah dianggap sebagai ketidakhormatan terhadap karya asli. Fans K-drama yang udah cinta mati sama versi aslinya langsung merasa kecewa dan akhirnya rame-rame ngajak buat nggak nonton film ini.

Dampaknya? Ya kelihatan banget, penonton di hari pertama jauh dari ekspektasi. Bahkan di beberapa forum diskusi, banyak yang terang-terangan bilang kalau mereka memilih boikot karena merasa film ini nggak respek sama sumber aslinya. Jadi, alih-alih excited buat nonton, justru muncul gelombang kritik dan ajakan boikot di media sosial.

Falcon Pictures Gercep Klarifikasi, Tapi Cukup Nggak?

Ngeliat situasi yang makin panas, Falcon Pictures langsung pasang badan dan ngeluarin pernyataan resmi. Mereka bilang kalau adaptasi ini tetap dilakukan dengan penuh respect ke karya aslinya, dan metode akting Abidzar bukan berarti sombong atau nggak peduli, tapi lebih ke pendekatan kreatif yang beda. Bahkan, Falcon sempat mengunggah surat permintaan maaf sebagai bentuk klarifikasi.

Tapi pertanyaannya, cukup nggak sih klarifikasi ini buat nge-redam emosi fans yang udah kadung kecewa? Soalnya, di era cancel culture kayak sekarang, sekali bikin netizen kecewa, susah buat balikin kepercayaan mereka. Walaupun ada yang tetap nonton karena penasaran, efek cancel culture ini tetap berpengaruh besar ke performa film di bioskop.

Bisa Bangkit atau Tamat?

Sekarang tinggal lihat, apakah A Business Proposal bisa bangkit dari cancel culture ini atau bakal makin tenggelam? Dengan jadwal tayang yang awalnya 1.270 slot tapi cuma terkonversi ke 3,43% penonton, kemungkinan besar bakal ada pengurangan jadwal tayang dalam waktu dekat. Kalau respons penonton nggak membaik, ya nggak menutup kemungkinan film ini bakal turun layar lebih cepat dari yang diharapkan.

Gimana menurut sekawan? Apakah film ini masih punya harapan buat bangkit, atau sudah terlambat? Komen pendapat kalian, siapa tahu kita bisa diskusi lebih lanjut!
...
film A Business Proposal Indonesia, cancel culture di Indonesia, kontroversi film Indonesia, boikot film Indonesia, adaptasi drama Korea, Abidzar Al Ghifari kontroversi, Falcon Pictures A Business Proposal, penyebab film flop, jumlah penonton film Indonesia, dampak cancel culture, film Indonesia terbaru, kritik film Indonesia, boikot drama Korea, reaksi penggemar K-drama, penonton film Indonesia, viral di media sosial, kontroversi selebriti Indonesia, film adaptasi webtoon, jumlah penonton Cinepoint, drama Korea vs adaptasi Indonesia, kritik netizen terhadap film, film Indonesia gagal tayang, tren boikot di media sosial, kegagalan film di bioskop, jumlah penonton hari pertama, penurunan jadwal tayang film, film Indonesia yang sepi penonton, netizen Indonesia kecewa, kontroversi aktor Indonesia, pro dan kontra film adaptasi, respons penonton terhadap film, film yang dihujat netizen, kesalahan promosi film, tanggapan rumah produksi terhadap kritik, peran public relations dalam industri film, efek cancel culture terhadap industri hiburan.